Pengertian Prasasti dan Bahan Bahan Pembuatnya

Pengertian Prasasti dan Bahan Bahan Pembuatnya ~ Cerita-cerita atau pweristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat kita ketahui dari peninggalan-peninggalan yang banyak ditemukan. Khususnya di Indonesia, peristiwa yang terjadi pada kerajaan-kerajaan terdahulu banyak dituliskan pada sumber sejara berupa Prasasti-prasasti.

Prasasti [image by viva.co.id], 
Prasasti berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut epigraphy.

Prasasti ada yang terbuat dari batu (disebut Caila Prasasti), dari logam, atau dari batu bata. Wujud prasasti yang berupa batu (Caila Prasasti) terdiri atas:
  1. batu biasa (batu kali) disebut natural stone;
  2. batu lingga (batu lambang Siwa);
  3. pseudo lingga (lingga semu), biasanya berupa batu patok atau batu pembatas;
  4. batu yoni (lambang isteri Siwa), biasanya juga disebut lambang wanita.
Adapun prasasti dari logam terbuat dari tembaga, perunggu, atau emas. Prasasti dari perunggu, misalnya, prasasti dari Airlangga, yakni prasasti Calcutta. Prasasti yang berupa batu bata disebut juga Terra Cotta. Prasasti dari batu bata ini di Indonesia hanya sedikit sekali kita dapatkan. Contohnya adalah prasasti di candi Sentul.

Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Pengertian dan Macam Macam Sumber Sejarah Menurut Moh. Ali dan Muh. Yamin

Pengertian dan Macam Macam Sumber Sejarah Menurut Moh. Ali dan Muh. Yamin ~ Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. Menurut Moh. Ali, yang dimaksud sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman purba sampai sekarang. Sementara Muh. Yamin mengatakan bahwa sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.

Sumber sejarah tertulis [image by pelajaran.co.id], 
Ada tiga macam sumber sejarah, yaitu sumber tertuli, sumber lisan, dan sumber benda.

1. Sumber tertulis
Sumber tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalanpeninggalan tertulis, catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau, misalnya prasasti, dokumen, naskah, piagam, babad, surat kabar, tambo (catatan tahunan dari Cina), dan rekaman. Sumber tertulis dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer (dokumen) dan sumber sekunder (buku perpustakaan).

2. Sumber lisan
Sumber lisan adalah keterangan langsung dari para pelaku atau saksi mata dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, seorang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) yang pernah ikut Serangan Umum menceritakan peristiwa yang dialami kepada orang lain, apa yang dialami dan dilihat serta yang dilakukannya merupakan penuturan lisan (sumber lisan) yang dapat dipakai untuk bahan penelitian sejarah.

Dapat juga berupa penuturan masyarakat di sekitar kota Yogyakarta saat 1 Maret 1949 yang ikut menyaksikan Serangan Umum tersebut, penuturannya juga dapat dikategorikan sebagai sumber lisan. Jika sumber lisan berupa cerita rakyat (folklore), maka perlu dicermati kebenarannya sebab penuh dengan berbagai mitos.

3. Sumber benda
Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan bendabenda kebudayaan, misalnya, alat-alat atau benda budaya, seperti kapak, gerabah, perhiasan, manik-manik, candi, dan patung.

Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Masa Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo

 Masa Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo ~ Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Untuk mempermudah pembabakan kehidupan manusia, para ahli menyusun periodisasi sejarah.

Masa periodisasi sejarah indonesia [image by jokowarino.id], 
Menurut pemikiran Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, sebagai dasar bagi babakan masa (periodisasi) adalah derajat integrasi yang tercapai di Indonesia pada masa lampau. Menurut pemikirannya, faktor ekonomi sangat memengaruhi perkembangan sosial, politik, dan kultur di Indonesia.

Faktor ekonomi memengaruhi kontak Indonesia dengan luar negeri yang mendatangkan pengaruh kebudayaan luar, baik budaya Hindu dari India, budaya Islam dari Asia Barat, serta budaya barat baik dari Eropa ataunegara-negara lainnya. Maka ada kemungkinan untuk membedakan dua periode besar, yaitu pengaruh Hindu dan pengaruh Islam.

Sebutan dari periode itu memakai nama kerajaan sebab sifat masyarakat pada waktu itu masih homogen dan berpusat pada raja (istana sentris). Adapun periodisasi yang diusulkan oleh Prof. Dr. Sartono adalah sebagai berikut.
  1. Prasejarah
  2. Zaman Kuno
    • Masa kerajaan-kerajaan tertua
    • Masa Sriwijaya (dari abad VII – XIII atau XIV).
    • Masa Majapahit (dari abad XIV – XV).
  3. Zaman Baru
    • Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore (sejak abad XVI).
    • Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX).
    • Masa pergerakan nasional (abad XX).
  4. Masa Republik Indonesia (sejak tahun 1945).
Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Pengertian Zaman Praaksara dan Zaman Sejarah

Pengertian Zaman Praaksara dan Zaman Sejarah ~ Pengertian periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang dipergunakan untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya.

Pengertian zaman praaksara dan zaman sejarah [image by eduspensa.id], 
Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Untuk mempermudah pembabakan kehidupan manusia, para ahli menyusun periodisasi sejarah.

Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti berakibat adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat subjektif yang dipengaruhi subjek permasalahan serta pribadi penelitinya. Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan zaman sejarah.

Zaman praaksara, yaitu zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Sejarah dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak, fitur, ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia. Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik. Situs adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.

Zaman sejarah, yaitu zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan. Zaman sejarah dibagi tiga sebagai berikut.
  1. Zaman Kuno, yang membicarakan sejak kerajaan tertua sampai abad ke-14. Pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Buddha.
  2. Zaman Indonesia Baru, mulai abad ke-15 yang membicarakan masa berkembangnya budaya Islam sampai abad ke-18.
  3. Zaman Indonesia Modern, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), pergerakan kemerdekaan Indonesia merdeka sampai sekarang atau masa kontemporer.
Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Konsep Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Prof. Dr. Soekanto

Konsep Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Prof. Dr. Soekanto ~ Periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang dipergunakan untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya.

Gambar ilustrasi periodisasi sejarah [image by Jagad.id], 
Menurut pendapat Dr. Soekanto, periodisasi hendaknya berdasarkan ketatanegaraan artinya bersifat politik. Pembagian atas babakan masa (periodisasi) yang berdasarkan kenyataan-kenyataan sedapat mungkin harus eksak serta praktis. Menurutnya, periodisasi sejarah Indonesia diusulkan secara kronologis sebagai berikut.
  1. Masa pangkal sejarah : – 0
  2. Masa Kutai-Tarumanegara : 0 – 600
  3. Masa Sriwijaya-Medang-Singosari : 600 – 1300
  4. Masa Majapahit : 1300 – 1500
  5. Masa Kerajaan Islam : 1500 – 1600
  6. Masa Aceh, Mataram, Makassar : 1600 – 1700
  7. Masa pemerintah asing : 1700 – 1945
    • Zaman Kompeni (1800 – 1808)
    • Zaman Daendels (1808 – 1811)
    • Zaman British Government (1811 – 1816)
    • Zaman Nederlands – India (1816 – 1942)
    • Zaman Nippon (1942 – 1945)
  8. Masa Republik Indonesia : 1945 – sekarang
Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Periodisasi Sejarah di Indonesia Menurut H.J. de Graaf dan Moh. Yamin

Periodisasi Sejarah di Indonesia Menurut H.J. de Graaf dan Moh. Yamin ~ Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut sifat, unit, atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu.

Sejarah Indonesia [image by souletz.blogspot.com]
Periodisasi atau pembagian babakan waktu merupakan inti cerita sejarah. Dua tokoh yang menyampaikan periodisasi Sejarah di Indonesia yaitu H.J. de Graaf, dan Moh. Yamin. H.J. de Graaf, dalam bukunya yang berjudul :"Geschiedenis van Indonesia", membagi babakan waktu sejarah Indonesia sebagai berikut.
  1. Orang Indonesia dan Asia Tenggara (sampai dengan 1650).
    • Zaman Hindu.
    • Zaman penyiaran Islam dan berdirinya Kerajaan Islam.
  2. Bangsa Barat di Indonesia (1511-1800).
  3. Orang Indonesia di zaman VOC (1600-1800).
  4. VOC di luar Indonesia.
Selanjutnya Moh. Yamin dalam bukunya "6000 Tahun Sang Merah Putih", membuat babakan waktu/periodisasi sejarah Indonesia sebagai berikut.
  1. Zaman Prasejarah sampai permulaan Tarikh Masehi.
  2. Zaman Proto Historis, dari permulaan Tarikh Masehi sampai ke Abad VII.
  3. Zaman Sriwijaya - Sailendra (abad VII - XII).
  4. Zaman Singasari - Majapahit (Abad XIII- XVI).
  5. Zaman Penyusunan Kemerdekaan Indonesia sejak XVI - XIX.
Bila kita cermati, masih banyak lagi periodisasi yang dapat dibuat untuk sejarah Indonesia; apalagi Indonesia sekarang sudah memasuki zaman reformasi, sehingga rentangan sejarah Indonesia dari zaman prasejarah hingga zaman reformasi menjadi garapan tersendiri bagi para sejarawan Indonesia di masa kini.

Masih banyak contoh adanya periodisasi, yang dibuat oleh tokohtokoh sejarah. Satu hal yang perlu diperhatikan dan dipahami bahwa dalam periodisasi terdapat banyak unsur/faktor yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk menyusun pembagian waktu, seperti: faktor geografis, kronologis, keluarga/dinasti, perjuangan manusia, ekonomi, teori evolusi dan sebagainya.

Sumber referensi : Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X / Dwi Ari Listiyani ; Editor Hermanu Joebagio ; Ilustrator Haryana Humardani. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan nasional, 2009.

Pengertian dan Tujuan Periodisasi Dalam Sejarah

Pengertian dan Tujuan Periodisasi Dalam Sejarah ~ Dalam periodisasi diadakan serialisasi rangkaian babakan menurut urutan zaman. Sejarah dibagi-bagi menjadi zaman-zaman dengan ciri-cirinya masingmasing. Periodisasi sangat penting dalam historiografi karena merupakan batang tubuh cerita sejarah.

Ilustrasi sejarah [image by timesindonesia.co.id], 
Periodisasi mengungkapkan ikhtisar sejarah dan di dalamnya harus dapat dikenali jiwa atau semangat setiap zaman, masing-masing pola dan struktur urutan kejadian, atau peristiwa-peristiwa. Periodisasi dapat disusun berdasarkan perkembangan politik, perekonomian, kesenian, agama dan sebagainya.

Setiap penulis sejarah bebas menentukan/memilih periodisasi, yang mencerminkan keyakinannya, pendiriannya, dan visi sejarahnya.

Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut sifat, unit, atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Periodisasi atau pembagian babakan waktu merupakan inti cerita sejarah.

Mengetahui pembabakan waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan saja bagi penulis sejarah akan tetapi juga bagi para pembaca/penggemar cerita sejarah apalagi bagi para siswa yang belajar ilmu sejarah. Cerita sejarah yang ditulis para sejarawan dengan menempatkan skenario peristiwa sejarah dalam setting babakan waktu, akan sangat memudahkan serta menarik para pembaca atau siswa untuk mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis.

Adapun tujuan dari pembabakan waktu adalah sebagai berikut.

1. Melakukan penyederhanaan
Gerak pikiran dalam usaha mengerti ialah melakukan penyederhanaan. Begitu banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam disusun menjadi sederhana, sehingga mendapatkan ikhtisar yang mudah dimengerti.

2. Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah
Klasifikasi dalam ilmu alam meletakkan dasar pembagian jenis, golongan suku, bangsa, dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya dipastikan isi, bentuk, dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu.

3. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
Menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan suatu masalah. Ahli kronologi menerangkan pelbagai tarikh, atau sistem pemenggalan yang telah dipakai dipelbagai tempat dan waktu, memungkinkan kita untuk menerjemahkan pemenggalan dari satu tarikh ke tarikh yang lain.

4. Memudahkan pengertian
Gambaran peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu dikelompok-kelompokkan, disederhanakan, dan diikhtisarkan menjadi satu tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.

5. Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
Semua peristiwa masa lampau itu setelah dikelompokkan antara motivasi dan pengaruh peristiwa itu kemudian disusun secara sistematis.

Jadi, tujuan diadakannya periodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa dan saling hubungannya dengan berbagai aspeknya. Pelaksanaan periodisasi yang paling mudah ialah dengan pembabakan yang disusun berdasarkan urutan abad. Akan tetapi, periodisasi yang demikian mempunyai kelemahan tidak mengungkapkan corak yang khas zaman-zaman yang ditinjau.

Sumber referensi: Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X / Dwi Ari Listiyani ; Editor Hermanu Joebagio ; Ilustrator Haryana Humardani. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan nasional, 2009.

Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli

Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli ~ Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah (syajaratun) artinya pohon. Di Indonesia sejarah dapat berarti silsilah, asal-usul, riwayat, dan jika dibuat skema menyerupai pohon lengkap dengan cabang, ranting, dan daun. Di dalam kata sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah.

Ilustrasi sejarah [image by mudanews.com], 
Adapun beberapa definisi sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
1. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan.

Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.

2. Moh. Yamin, SH, memberikan definisi sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.

3. Thomas Carlyle, memberikan definisi sejarah adalah peristiwa masa lampau yang mempelajari biografi orang-orang terkenal. Mereka, adalah penyelamat pada zamannya. Mereka merupakan orang-orang besar yangpernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.

4. Herodotus, ahli sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yang mendapat julukan: The Father of History atau Bapak Sejarah. Menurut Herodotus sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.

5. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.

Sumber referensi: Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X / Dwi Ari Listiyani ; Editor Hermanu Joebagio ; Ilustrator Haryana Humardani. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan nasional, 2009.

Sejarah Singkat Indische Partij (IP)

Sejarah Singkat Indische Partij (IP) ~ Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudhi), Tjipto Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara). Tujuan didirikannya partai polilik ini adalah mempersatukan Hindia Belanda sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini disebarluaskan melalui surat kabar De Express.

Indische Partij [image by id.wikipedia.org], 
Anggaran dasar dan program kerja IP adalah membangun patriotisme IP terhadap tanah air, bekerja sama atas dasar kesamaan ketatanegaraan demi memajukan tanah air, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Untuk mencapai tujuan partai, caracara yang ditempuh IP adalah memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia, memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, memperjuangkan persamaan hak setiap warga, memperbaiki keadaan ekonomi Hindia, menghindiakan pengajaran untuk kepentingan ekonomi.

Karena program dan cita-cita IP dianggap membahayakan Belanda, IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Akan tetapi, Soewardi Soerjaningrat tetap menyebarluaskan kritik melalui tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was ...." (seandainya aku seorang Belanda) yang berisi sindiran tajam terhadap ketidakadilan Belanda atas negara jajahannya.

Alasan Suwardi menulis tulisan tersebut adalah kritik atas kebijakan Belanda yang memungut dana pada rakyat untuk ulang tahun kemerdekaan Belanda. Akibat tulisan tersebut, ketiga tokoh IP ditangkap. Douwes Dekker dibuang ke Kupang, Tjipto Mangunkusumo ke Banda, dan Soewardi Soerjaningrat ke Bangka. Tetapi, atas permintaan mereka sendiri, ketiganya dibuang ke Belanda pada tahun 1913.

Sumber pustaka: Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) /penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sejarah Singkat Organisasi Sarekat Islam (SI)

Sejarah Singkat Organisasi Sarekat Islam (SI) ~ Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketua Haji Samanhudi. Keinginan untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina mendorong banyak orang ingin menjadi anggota SDI. Tujuan SDI semula adalah memajukan perdagangan untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina. Namun pada akhirnya, selain memajukan perdagangan, SDI juga ingin memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas anjuran H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada tahun 1912.

Sarekat Islam (SI) [image by nasional.tempo.co], 
SI mempunyai beberapa tujuan, yaitu mengembangkan jiwa dagang, membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan derajat, memperbaiki pendapat yang keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah agama.

Pada tahun 1913, SI menyelenggarakan kongres pertama di Surabaya dan menghasilkan beberapa keputusan, yaitu SI bukan partai politik, SI tidak bermaksud melawan Belanda, memilih HOS Cokroaminoto sebagai ketua SI, dan menetapkan Surabaya sebagai pusat SI.

Karena bersifat kerakyatan, SI cepat mendapatkan anggota. Akibatnya, Gubernur Belanda A.W.F. Idenburg ragu dan khawatir terhadap SI, sehingga permohonan izin pengesahan SI ditolak. Oleh karena itu, SI menyiasati hal tersebut dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) di Surabaya yang diakui Belanda pada tanggal 18 Maret 1916. Adapun tujuan didirikannya CSI adalah memajukan, membantu, memelihara, dan menjalin kerja sama antar-SI lokal yang tergabung dalam CSI.

Pada tahun 1921, SI mengadakan kongres ke-4 di Surabaya. Pada kongres ke-4 ini, Semaun dan Darsono mengemukakan paham sosialis. Ada beberapa anggota SI yang tidak sepaham dengan mereka. Akibatnya, SI pecah menjadi SI putih dan SI merah. SI putih dipimpin oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis, sedangkan SI merah berpaham komunis di bawah Semaun, Tan Malaka, dan Darsono yang nanti masuk dalam PKI.

Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sejarah Singkat Organisasi Budi Utomo (BU)

Sejarah Singkat Budi Utomo (BU) ~ Kebangkitan nasional ditandai lahirnya Budi Utomo (BU) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo, Suradji, dan Gunawan Mangunkusumo yang waktu itu menjadi mahasiswa Stovia (kedokteran Jawa), sedangkan perintisnya adalah Dr. Wahindin Sudirohusodo.

Budi Utomo [image by portalsejarah.id], 
Ia mendirikan Studie Fonds (dana pelajar) guna membiayai pelajar yang tidak mampu. Itulah sebabnya, BU disebut organisasi sosial dan perintis pergerakan nasional. Adapun bidang gerak BU adalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ini tercermin dari tujuan yang akan dicapai oleh BU tersebut.

Tujuan BU adalah kemajuan bagi Hindia atau kemajuan yang harmonis bagi nusa bangsa. Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha, antara lain, memajukan pendidikan, teknik industri, pertanian, peternakan dan perdagangan, serta menghidupkan kembali kebudayaan sendiri.

BU berasaskan kooperatif, moderat, dan tidak berpolitik. Keanggotaan BU tidak terbatas pada Jawa, Madura, dan umumnya pelajar dan priyayi. Pada tanggal 5 Oktober 1908, BU mengadakan Kongres I di Yogyakarta dan menghasilkan hal-hal berikut.
  1. BU tidak berpolitik.
  2. Kegiatan BU ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan.
  3. Ruang gerak BU terbatas pada Jawa dan Madura.
  4. Tirto Kusumo, Bupati Karanganyar, dipilih sebagai ketua BU pusat.
Sumber referensi: Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Gerakan Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang

Gerakan Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang ~ Pemerasan kekayaan dan tenaga manusia pada masa pendudukan Jepang menimbulkan bentuk-bentuk perlawanan terhadap Jepang. Bentuk perlawanan itu antara lain berupa gerakan bawah tanah dan gerakan bersenjata.

Monumen PETA [image by truelyblitar.blogspot.com], 
1. Gerakan Perjuangan Bawah Tanah
Gerakan bawah tanah, yaitu gerakan perjuangan yang dilakukan secara rahasia. Gerakan bawah tanah ini antara lain:
  • Kelompok Syahrir yang beroperasi di daerah sekitar Jakarta dan Jawa Barat. Sutan Syahrir pada waktu itu menyamar sebagai seorang petani dinas
  • Gerakan Kaigun yaitu terdiri dari para pemuda anggota dinas Angkatan Laut Jepang. Tokoh-tokohnya antara lain Mr. Ahmad Subarjo, Sudiro, dan Wikana.
  • Gerakan kelompok pemuda yang berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang yang disebut Sendenbu (sekarang Kantor Berita Antara). Tokoh-tokohnya yaitu Sukarni dan Adam Malik.
2. Gerakan Perjuangan Bersenjata
Di samping gerakan perjuangan bawah tanah yang bersifat rahasia, terdapat pula perlawanan rakyat secara bersenjata. Adapun perlawanan bersenjata yang dilakukan rakyat itu antara lain sebagai berikut.
  • Perlawanan di Aceh
  • Perlawanan ini dilakukan pada tanggal 10 November 1942 di Cot Plieng, Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Dia ditembak Jepang ketika sedang melakukan salat.
  • Perlawanan di Sukamanah, Singaparna, Jawa Barat
  • Perlawanan ini terjadi pada tanggal 25 Februari 1944, dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa. Ia menentang Jepang, sebab tidak bersedia melakukan Seikerei yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang yang dianggap dewa dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo.
  • Perlawanan di Lohbener, Jawa Barat
  • Perlawanan rakyat ini dipimpin oleh H. Madriyas.
  • Perlawanan di Pontianak, Kalimantan Barat.
  • Pada tanggal 16 Oktober 1943 para tokoh mengadakan rapat di Gedung Medan dan sepakat dalam rangka menyerang Jepang, namun sebelum rapat itu dilaksanakan mereka sudah ditangkap dan dibunuh.
  • Perlawanan Peta di Blitar
  • Perlawanan ini terjadi tanggal 14 Februari 1945 dipimpin oleh Supriyadi. Sebab timbulnya pemberontakan itu adalah karena anggota Peta tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat. Tapi dengan bujukan dan muslihat, akhirnya semua pemberontakan dan semua pemimpin-pemimpinnya diajukan ke depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Di antara mereka ada yang dihukum mati seperti: dr. Ismail, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudijaya, Sunarto dan Sudarmo. Sedangkan Supriyadi tidak disebut-sebut dalam pengadilan. Pada umumnya orang menganggap bahwa ia telah tertangkap dan kemudian dibunuh secara diam-diam oleh Jepang. Meskipun perlawanan Peta di Blitar gagal, namun pengaruhnya sangat besar untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
Sumber pustaka : Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto, Supraptono, Haryono S., Nahar Rifai ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Perjanjian Penting yang Terjadi Pasca Perang Dunia II

Perjanjian Penting yang Terjadi Pasca Perang Dunia II ~ Di antara perjanjian penting pasca Perang Dunia II adalah antara Sekutu dan Jerman serta Sekutu dan Jepang. Adapun perjanjian-perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.

Perjanjian San Fransisco [image by michaelchen12.blogspot.com], 
1. Perjanjian Postdam Tahun 1945 (Sekutu-Jerman)
Perjanjian tersebut oleh pihak Sekutu ditentukan oleh Truman (Amerika serikat), Stalin (Uni Soviet), dan Atlee (Inggris). Isi perjanjian antara lain:
  • Jerman dibagi dalam empat daerah pendudukan, yaitu Jerman Timur oleh Rusia sedangkan Jerman Barat oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
  • Kota Berlin yang terletak di tengah-tengah daerah pendudukan Rusia juga diduduki, Berlin Timur diduduki oleh Rusia dan Berlin Barat oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
  • Danzig, Jerman di sebelah timur Sungai Order, dan Niesse diberikan kepada Polandia.
  • Demiliterisasi dari Jerman.
  • Penjahat perang (crime war) dihukum.
  • Jerman harus membayar ganti kerugian perang.
2. Perjanjian San Fransisco tahun 1951 (Sekutu-Jepang)
Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.
  • Kepulauan Jepang diperintah oleh tentara pendudukan Amerika Serikat.
  • Daerah hasil ekspansi Jepang dikembalikan, Kepulauan Kurilen dan Sakhalin Selatan diserahkan kepada Rusia, Mansyuria, dan Taiwan kepada Cina, Kepulauan Jepang di Pasifik kepada Amerika Serikat. Korea dibagai menjadi dua, di bagian utara diduduki Rusia dan di selatan oleh Amerika Serikat.
  • Penjahat perang harus dihukum.
  • Jepang harus membayar kerugian perang.
Sejumlah menteri Jerman seperti Von Ribbentrop, Goering, Gobbels, dan Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo diadili sebagai penjahat perang dan dijatuhi hukuman gantung.

Sumber pustaka : Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto, Supraptono, Haryono S., Nahar Rifai ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sebab Umum dan Sebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II

Sebab Umum dan Sebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II ~ Perang Dunia II sesungguhnya merupakan lanjutan dari Perang Dunia I. Hakikat dari Perang Dunia II juga merupakan persaingan antara kaum imperialisme muda yang sedang tumbuh berkembang dengan kaum imperialisme tua yang telah mempunyai kedudukan yang mantap.

Perang Dunia II [image by warofweekly.blogspot.co], 
Adapun sebab-sebab terjadinya Perang Dunia II, dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebab umum dan sebab khusus.

1. Sebab-Sebab Umum Terjadinya Perang Dunia II
Perang Dunia II terjadi karena sebab-sebab berikut.
  • Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I dan merasa sangat dihinakan dalam Perjanjian Versailles ingin membalas (revanche) kekalahan terhadap musuh-musuhnya, terutama Perancis.
  • Italia ingin mendirikan Risorgimento yang berartinya Italia Raya.
  • Jepang ingin melaksanakan politik ekspansi atau perluasan wilayah.
  • Timbulnya pertentangan ideologi Fasisme, Naziisme dan Militerisme yang anti demokrasi dengan paham-paham lainnya.
  • Perkembangan industri, persenjataan, dan krisis ekonomi dunia (terjadi pada tahun 1929)
  • Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa untuk menciptakan perdamaian dan menjauhkan peperangan. Bahkan Liga Bangsa-Bangsa dalam kenyataannya merupakan alat negaranegara besar dan kegiatannya lebih banyak dalam bidang politik.
2. Sebab Khusus Meletusnya Perang Dunia II
Selain sebab umum, meletusnya Perang Dunia II dilatarbelakangi oleh sebab-sebab berikut.
  • Di Eropa, pada tanggal 1 September 1939 Jerman menyerang Polandia, sebuah negara di bawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa. Sebaliknya pada tanggal 3 September 1939 negara-negara pendukung LBB, terutama Inggris dan Perancis menyerang Jerman.
  • Di Pasifik, pada tanggal 8 September 1941 Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Teluk Mutiara (Hawaii)
Sumber pustaka : Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto, Supraptono, Haryono S., Nahar Rifai ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Sebab-Sebab Timbulnya Fasisme, dan Munculnya Benito Mussolini Sebagai Pemimpin Golongan Fasis di Italia

Sebab-Sebab Timbulnya Fasisme, dan Munculnya Benito Mussolini Sebagai Pemimpin Golongan Fasis di Italia ~ Dalam Perang Dunia I sebenarnya Italia termasuk negara yang menang dalam perang. Tetapi keadaan dalan negerinya sangat buruk. Oleh karena itu mudah tumbuh fasisme, yaitu paham yang mengutamakan negara di atas segala-galanya.

Benito Mussolini dan Fasisme Italia [image by re-tawon.com], 
Golongan Fasisme di Italia ini dipimpin oleh Benito Mussolini, seorang bekas guru dan wartawan pada tahun 1919. Sebagai seorang ahli pidato, Mussolini berhasil menarik banyak pengikut. Adapun sebab-sebab timbulnya fasisme di Italia adalah sebagai berikut.
  1. Bangsa Italia yang merosot kedudukannya menginginkan kejayaan kembali seperti zaman kerajaan Romawi.
  2. Rasa tidak puas di kalangan rakyat, karena banyaknya pengangguran.
  3. Sistem pemerintahan negara kesatuan Italia diperintah secara demokratis, tetapi tidak ada negarawan yang berhasil mengatasi kesulitan.
Partai Fasis bercita-cita membentuk Italia Raya. Caranya dengan membentuk pemerintahan yang kuat di bawah pimpinan berkuasa penuh yang disebut “Il Duce” yang artinya pemimpin.

Pada waktu Italia mengalami masa-masa kekacauan pada tahun 1919 – 1922, Mussolini di luar pemerintahan membentuk pasukan yang disebut “Kemeja Hitam”. Dengan persenjataan yang lengkap, mereka berhasil mengembalikan keamanan di seluruh Italia. Oleh karena itu ia mendapat dukungan dari rakyat dan akhirnya dapat memegang kekuasaan sebagai diktator pada tahun 1922 – 1943.

Pada masa pemerintahan Mussolini, Italia mendapat kemajuan-kemajuan yang amat berarti. Misalnya dapat memperbaiki perekonomian Italia yang meliputi perindustrian, pertanian dengan mengeringkan paya-paya, dan lalu lintas berjalan tertib.

Pada tahun 1929 Mussolini berhasil menyelesaikan suatu masalah yang telah lama ditangguhkan penyelesaiannya, yaitu berhubungan dengan Sri Paus. Usaha damai dengan Sri Paus selaku kepala Gereja Katholik Roma mencapai kata sepakat sebagai berikut.
  1. Sri Paus diakui kedaulatannya sebagai kepala gereja yang bertahta di Vatikan.
  2. Agama Katholik Roma diakui sebagai agama negara Italia dan diwajibkan diajarkan di sekolah.
  3. Sri Paus mengakui pemerintah kerajaan Italia.
Penyelesaian masalah gereja ini ternyata menguntungkan kedudukan Mussolini. Sebagai salah satu bagian dari programnya, Mussolini menjalankan politik luar negeri yang lebih agresif. Pada tahun 1935 Mussolini merebut Abessinia atau Ethiopia dari Kaisar Haille Selassi. Di samping itu Albania juga direbut oleh Mussolini, Raja Zogu diusirnya dan tahta kerajaan diberikan kepada Victor Emmanuel, Raja Italia pada tahun 1939.

Sebelumnya pada tahun 1937 Italia menerima baik uluran tangan Jerman untuk mengadakan perjanjian persahabatan yang erat. Hubungan ini agak goyah ketika pada tahun 1938 Jerman menduduki Austria. Tetapi akhirnya Hitler dapat meyakinkan Mussolini, bahwa tindakannya itu tidak akan menggangu kedaulatan Italia.

Demikianlah seperti Jerman pada masa Hitler, maka Italia pada masa Mussolini mengalami kemajuan pesat di bawah rezim totaliter yang akan membawa Italia ke arah bencana Perang Dunia II.

Sumber pustaka : Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto, Supraptono, Haryono S., Nahar Rifai ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Tujuan, Cita-Cita, Dan Sebab-Sebab Timbulnya Nazi, Serta Pengukuhan Hitler Sebagai Diktator

Tujuan, Cita-Cita, Dan Sebab-Sebab Timbulnya Nazi, Serta Pengukuhan Hitler Sebagai Diktator ~ Pada tahun 1919 di Jerman dibentuk Partai Buruh Jerman yang didirikan oleh Adolf Hitler. Kemudian di bawah kepemimpinan Hitler, partai yang semula kecil itu berkembang dan namanya diubah menjadi National Sozialistiche Deutshe Arbeiter Partei (NSDAP), yang disingkat Partai Nazi.

Hitler dan Nazi [image by culturacolectiva.com], 
Adapun sebab-sebab timbulnya Partai Nazi adalah sebagai berikut.
  1. Kenangan akan kejayaan masa lampau yang ingin diperolehnya kembali. Seperti pada masa Fredrich Akbar dan Wilhelm I.
  2. Rasa tidak puas di kalangan rakyat terutama disebabkan adanya kesulitan-kesulitan ekonomi.
  3. Sistem pemerintahan yang demokratis parlementer dianggap tidak tepat lagi digunakan sebab mengutamakan kepentingan pribadi.
Tujuan dan cita-cita Naziisme adalah kejayaan Jerman. Hitler menyebut dirinya sebagai Fuhrer yang artinya adalah pemimpin. Ia juga mengarang buku yang berjudul “Mein Kamf” atau “Perjuanganku”, yaitu cara memperjuangkan Jerman atas dasar nasional sosialisme. Dikatakannya pula bahwa Jerman ditakdirkan untuk berkuasa atas bangsa-bangsa lain.

Pada tahun 1933, Partai Nazi mendapat kemenangan sehingga Hitler diangkat sebagai perdana menteri. Langkah pertama yang diambil adalah membersihkan lawan-lawan politiknya dengan alat Gestapo atau polisi rahasia.

Pembantu-pembantu Hitler yang terkenal yaitu Gobbels sebagai Menteri Propaganda, Himmler sebagai Kepala Gestapo dan Goering sebagai Pimpinan Angkatan Udara. Pada tahun 1934 Presiden Jerman Hindenburg meninggal, lalu jabatan presiden dirangkap oleh Hitler. Dengan demikian dia telah mengukuhkan dirinya sebagai seorang diktator.

Untuk memperlancar usahanya, sejak semula Hitler telah mengingkari Perjanjian Versailles yang mencemarkan nama Jerman. Selanjutnya Jerman dijadikan negara militer yang kuat dan rintangan-rintangan dari luar tidak dihiraukan lagi. Bahkan tahun 1933 Jerman menyatakan keluar dari keanggotaan LBB. Milisi umum pun segera dijalankan.

Sumber pustaka : Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto, Supraptono, Haryono S., Nahar Rifai ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Awal Mula Penggabungan (Integrasi) Timor Timur ke Wilayah Indonesia

Awal Mula Penggabungan (Integrasi) Timor Timur ke Wilayah Indonesia ~ Pada saat bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah jajahan Belanda. Pada saat itu wilayah Timor Timur belum masuk kedalam wilayah Indonesia sebab Timor Timur kala itu masih dikuasai atau dijajah oleh Portugis.

peta propinsi timor timur [image by Kompasiana.com], 
Keadaan Timor Timur di bidang sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya memiliki banyak persamaan dengan masyarakat Indonesia, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Persamaan itu misalnya secara fisik, bahasa, dan adat istiadat. Walaupun Timor Timur secara politik terpisah dari Indonesia, tetapi mereka mempunyai keterikatan batin dan sejarah dengan bangsa Indonesia.

Proses penggabungan atau integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia berawal pada tanggal 25 April 1974. Pada saat itu di Portugal terjadi kudeta militer, yang disebut REVOLUSI BUNGA. Akibat terjadinya Revolusi Bunga tidak hanya mengguncang Portugal, tetapi juga mempengaruhi wilayah-wilayah jajahannya termasuk Timor Timur.

Pemerintah Portugal yang baru yaitu Jenderal Antonio de Spinola memberikan kesempatanyang cukup baik bagi perkembangan politik di Timor Timur. Peluang ini digunakan sebaik-baiknya oleh rakyat Timor Timur sehingga berkembanglah beberapa organisasi politik atau partai politik.

Organisasi atau partai-partai politik yang terbentuk di Timor Timur mempunyai pemimpin dengan tujuan sendiri-sendiri. Adapun Oraganisasi atau partai politik yang terdapat di Timor Timur adalah sebagai berikut.
  1. Union Democratica Timorense (UDT), partai UDT dipimpin oleh Ir. Mario Viegas Carrascalao dan Lopez da Ceuz. UDT menghendaki tetap bernaung dibawah Portugis, dengan menjadi Provinsi Portugis diseberang lautan.
  2. Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin), partai Fretilin dipimpin oleh Fransisco Xavier Do Amaral dan Jose Ramos Horta. Fretilin menghendaki kemerdekaan penuh bagi Timor Timur.
  3. Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti), partai Apodeti dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo. Apodeti menghendaki untuk bergabung dengan Indonesia.
  4. Klibur Oan Timur Aswain (Kota), partai Kota dipimpin oleh Thomas Ximenes dan Fransisco Dias Ximenes.
  5. Trabalista, partai Trabalista dipimpin oleh Domingos C. Pereira.
Sumber : Tim Penyusun, 2003, Sejarah untuk kelas 3 SMU, Editor: Imtam Rus Ernawati, Nur Siwi Ismawati; Cempaka Putih : Solo.

Jalannya Revolusi Perancis

Jalannya Revolusi Perancis ~ Pada tanggal 17 Juni 1789, anggota Etats Generaux dari golongan III mengadakan sidang sendiri, didukung oleh sebagian kecil anggota dari golongan I dan II. Peserta sidang menyatakan diri sebagai Majelis Nasional yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya konstitusi tertulis bagi Prancis.

Ilustrasi Revolusi Perancis [image by timesindonesia.co.id], 
Raja berusahamembubarkan organisasi yang dipimpin Jean Bailly dengan dukungan Comtede Mirabeau ini, baik dengan jalan perundingan maupun dengan kekerasan. Sikap raja yang berusaha membubarkan Majelis Nasional dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan rakyat dan terjadilah huru-hara.

Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789, ketika rakyat menyerbu dan meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan mutlak raja. Penyerangan ini didukung oleh Tentara Nasional yang dipimpin Lafayette.

Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI melarikan diri ke luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat untuk membentuk pemerintahan baru yang demokratis. Dewan Perancang Undang-Undang yang terdiri dari Partai Feullant dan Partai Jacobin segera membentuk Konstitusi Prancis pada tahun 1791.

Partai Feullant adalah partai yang proraja, sedangkan Partai Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai Jacobin beranggotakan kaum Geronde dan Montague. Partai ini dipimpin oleh tiga sekawan, Robespiere, Marat, Danton. Keadaan negara yang semakin berbahaya membuat Dewan Legislatif membentuk pemerintahan republik pada tanggal 22 September 1792. Raja Louis XVI dan istrinya dijatuhi hukuman pancung dengan quillotine pada tanggal 22 Januari 1793.

Masa Republik Prancis I disebut masa Convention, presidennya adalah Robespierre. Pemerintahan Robespierre yang berasal dari kaum Montague ternyata menjalankan pemerintahan yang kejam (pemerintahan teror) yang mengakibatkan banyak korban. Akibat kebijakan pemerintah yang kejam, rakyat mulai tidak senang. Oleh karena Gironde, Robespierre ditangkap dan dijatuhi hukuman pancung dengan quillotine.

Kaum Gironde (kaum borjuis yang kaya tanah) kemudian membentuk pemerintahan Directoire yang dipegang oleh Barros, Moulin, Seiyes, Roger, dan Ducos. Directoire memiliki wewenang mengatur masalah ekonomi, politik, sosial, pertahanan keamanan, dan keagamaan.

Karena setiap anggota memiliki wewenang yang sama, terjadi persaingan dalam pemerintahan yang menimbulkan krisis kewibawaan, korupsi, dan runtuhnya kepercayaan rakyat. Dalam keadaan demikian, muncul seorang tokoh militer yang terkenal, yaitu Napoleon Bonaparte.

Sumber : Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Revolusi Prancis

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Revolusi Prancis ~ Revolusi Prancis adalah perubahan bentuk pemerintahan Prancis dari kerajaan menjadi republik. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Louis XVI pada abad ke-18. Revolusi ini memiliki semboyan: liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan).

Ilustrasi Revolusi Prancis [image by dictio.id], 
Faktor-faktor penyebab terjadinya revolusi Prancis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebab umum dan sebab khusus. Adapun sebab umum dan sebab khusus dari faktor penyebab terjadinya revolusi Prancis, adalah sebagai berikut.

Sebab-Sebab Umum

1. Ketidakadilan dalam bidang politik dan ekonomi
Masyarakat Prancis pada waktu itu terbagi atas tiga golongan.
  • Golongan I terdiri atas kaum bangsawan dan raja yang bebas pajak bahkan berhak memungut pajak.
  • Golongan II terdiri atas kaum agama (pendeta dan cendikia) yang bebas pajak dan mendapat uang (gaji) dari hasil pajak.
  • Golongan III adalah rakyat biasa yang hanya menjadi objek pajak.
Golongan III selalu tertindas karena hak-hak mereka ditekan oleh hak-hak golongan lainnya. Termasuk kesempatan-kesempatan untuk berusaha atau memajukan kehidupan secara ekonomi. Jabatan-jabatan penting sejak zaman pemerintah Louis XIV dipegang oleh kaum bangsawan (golongan I) yang bersikap sewenang-wenang. Pejabat-pejabat pemerintahan pun diangkat tidak berdasarkan kemampuan, melainkan berdasarkan faktor keturunan.

2. Kekuasaan absolut raja
Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah l'etat c'est moi (negara adalah saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu, ia mendirikan penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berani menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang yang tidak disenangi raja. Mereka ditahan dengan surat penahanan tanpa sebab (lettre du cas). Absolutisme Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-undang.

3. Timbul paham baru
Menjelang Revolusi Prancis muncul ide-ide atau paham-paham baru yang pada intinya adalah memperjuangkan kebebasan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia. Paham-paham ini muncul akibat berbagai tekanan yang menyengsarakan rakyat mulai menimbulkan keinginan-keinginan untuk mencapai kebebasan. Paham-paham yang melatari terjadinya revolusi di Prancis sebagai berikut.
  • Ajaran dari Jean Jasques Rousseau, tokoh pemikir dari Prancis. Dalam bukunya Du Contrat Social, ia menyatakan bahwa menurut kodratnya manusia dilahirka sama dan merdeka. Buku ini juga memuat tiga prinsip yang di kemudian hari menjadi semboyan Revolusi Prancis, yaitu liberte, egalite, dan fraternite (kemerdekaan/kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ajaran tersebut menyebabkan Rousseau mendapat sebutan Bapak Demokrasi Modern.
  • Montesquieu, yang terpengaruh ajaran John Locke (Inggris), menyebarluaskan ajaran Trias Politika, yaitu pembagian kekuasaan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
  • Paham Rationalisme dan Aufklarung menuntut orang untuk berpikir rasional (masuk akal).
  • Ajaran Voltaire tentang kebebasan.
4. Negara mengalami krisis ekonomi
Prancis mengalami kemerosotan ekonomi dan keuangan pada masa pemerintahan Louis XVI. Hal ini disebabkan karena sikap raja dan keluarganya, terutama permaisuri Marie Antoinette, selalu menghambur-hamburkan uang negara untuk berfoya-foya.

5. Pengaruh perang kemerdekaan Amerika
Dalam perang kemerdekaannya dari Inggris, Amerika dibantu oleh tentara sukarelawan Prancis yang dipimpin Lafayette. Mereka kemudian terpengaruh oleh napas kemerdekaan Amerika. Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan Amerika seperti yang terangkum dalam naskah proklamasinya, Declaration of Independence (disampaikan oleh Thomas Jefferson), yaitu pengakuan atas hak-hak manusia, dengan segera menjalar menjadi paham baru di Prancis.

Sebab-Sebab Khusus

Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan Rakyat (Etats Generaux). Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang justru terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara, sementara golongan III menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara.

Jika dilihat dari proporsi jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang, golongan II 300 orang, dan golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki agar golongan III kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III yang dimenangkan, golongan I dan II terancam sebab di antara anggota mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati pada rakyat.

Sumber : Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)

MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawan-kawan. Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai baitulmal) serta penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun demikian, pengaruhnya yang besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk membatasi ruang gerak MIAI.

MIAI (image by hidayatullah.com], 
Pada awal pendudukan, Jepang membentuk Bagian Pengajaran dan Agama yang dipimpin oleh Kolonel Horie. Ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, Horie meminta agar umat Islam tidak melakukan kegiatankegiatan yang bersifat politik.

Permintaan ini disetujui oleh peserta pertemuan tersebut yang kemudian membuat pernyataan sikap di akhir pertemuan. Pada akhir Desember 1942, hasil pertemuan di Surabaya itu ditingkatkan dengan mengundang 32 orang kiai di seluruh Jawa Timur untuk menghadap Letnan Jenderal Imamura dan Gunseikan, Mayor Jenderal Okasaki. Dalam pertemuan tersebut, Gunseikan menyatakan bahwa Jepang akan tetap menghargai Islam dan akan mengikutsertakan golongan Islam dalam pemerintahan.

Pemerintah militer Jepang memilih MIAI sebagai satu-satunya wadah bagi organisasi gabungan golongan Islam. Akan tetapi, organisasi ini baru diakui oleh Jepang setelah mengubah anggaran dasarnya, khususnya mengenai asas dan tujuannya. Pada asas dan tujuan MIAI ditambahkan kalimat:

"... turut bekerja dengan sekuat tenaga dalam pekerjaan membangun masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di lingkungan Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon."

Sebagai organisasi tunggal golongan Islam, MIAI mendapat simpati yang luar biasa dari kalangan umat Islam sehingga organisasi ini berkembang semakin maju. Melihat perkembangan ini, Jepang mulai merasa curiga. Tokoh-tokoh MIAI di berbagai daerah mulai diawasi.

Untuk mengantisipasi agar gerakan para pemuka agama Islam tidak menjurus pada kegiatan yang berbahaya bagi Jepang, diadakan pelatihan para kiai. Para kiai yang menjadi peserta pelatihan tersebut dipilih berdasarkan syarat-syarat memiliki pengaruh yang luas di lingkungannya dan mempunyai watak yang baik. Pelatihan tersebut berlangsung di Balai Urusan Agama di Jakarta selama satu bulan.

MASYUMI [image by arifuddinali.blogspot.com], 
Namun, keterbatasan kegiatan MIAI justru dirasakan kurang memuaskan bagi Jepang sendiri. Pada bulan Oktober 1943, MIAI secara resmi dibubarkan dan diganti dengan organisasi baru, yaitu Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Organisasi ini disahkan oleh Gunseikan pada tanggal 22 November 1943.

Susunan kepengurusan Masyumi adalah ketua pengurus besar dipegang oleh K.H. Hasyim Asy'ari, wakil dari Muhammadiyah adalah K.H. Mas Mansur, K.H. Farid Ma'ruf, K.H. Mukti, K.H. Hasyim, dan Kartosudarmo. Adapun wakil dari NU adalah K.H. Nachrowi, Zainul Arifin, dan K.H. Mochtar.

Sumber : Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Tujuan Pembentukan Organisasi Chuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat) Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Tujuan Pembentukan Organisasi Chuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat) ~ Ketika pemerintahan Jepang berada di tangan Perdana Menteri Tojo, Jepang pernah memberi janji merdeka kepada Filipina dan Burma, namun tidak melakukan hal yang sama kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes. Menanggapi protes tersebut, PM Tojo lalu membuat kebijakan berikut.
  1. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi In).
  2. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah.
  3. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen.
  4. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya.
Perdana Menteri Tojo [image by BALTYRA.com], 
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, pada tanggal 5 September 1943, Kumakichi Harada mengeluarkan Osamu Serei No. 36 dan 37 Tahun 1943 tentang pembentukan Chuo Sangi In dan Shu Sangi Kai. Chuo Sangi In yang berada di bawah pengawasan Saiko Shikikan (Pemerintahan Tentara Keenambelas) bertugas menjawab pertanyaan Saiko Shikikan dalam hal politik dan pemerintah.

Chuo Sangi In juga berhak mengajukan usul kepada Saiko Shikikan. Rapat-rapat Chuo Sangi In membahas pengembangan pemerintah militer, mempertinggi derajat rakyat, penanganan pendidikan dan penerangan, masalah ekonomi dan industri, kemakmuran dan bantuan sosial, serta kesehatan.

Keanggotaan Chuo Sangi In terdiri atas 43 orang, yaitu 23 orang diangkat oleh Saiko Shikikan, 18 orang dipilih oleh anggota Shu Sangi Kai, dan dua orang anggota yang diusulkan dari daerah Surakarta dan Yogyakarta. Anggota Chuo Sangi In dilantik pada tanggal 17 Oktober 1943 dengan ketua Ir. Soerkarno, serta wakilnya dua orang, yaitu M.A.A. Kusumo Utoyo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo.

Chuo Sangi In dibentuk dengan tujuan agar ada perwakilan, baik bagi pihak Jepang maupun pihak Indonesia. Namun, agar tidak dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia, Chuo Sangi In mendapat pengawasan ketat dari pemerintah Jepang.

Dilihat dari segi perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan, keberadaan Chuo Sangi In memang tidak berarti banyak. Akan tetapi, keberadaan lembaga ini berguna bagi pertambahan wawasan pengalaman kaum nasionalis Indonesia.

Sumber : Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Pembagian Wilayah Pemerintahan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Pembagian Wilayah Pemerintahan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia ~ Menurut Undang-Undang No. 27 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah, seluruh Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam wilayah pemerintahan.
  1. Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
  2. Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
  3. Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
  4. Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
  5. Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
  6. Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.
Wilayah kekuasaan Jepang [image by id.wikipedia.org], 
Dalam menjalankan pemerintahan, syucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis Pemusyawaratan Cokan) yang terdiri dari tiga bu (bagian), yaitu Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Keizaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Para syucokan secara resmi dilantik oleh gunseikan pada bulan September 1942.

Pelantikan ini merupakan awal dari pelaksanaan organisasi pemerintahan daerah dan menyingkirkan pegawai-pegawai Indonesia yang pernah menduduki kedudukan tinggi pada masa pemerintahan sementara. Pemerintahan militer di Sumatra yang berada di bawah Panglima Tentara Keduapuluhlima membentuk sepuluh karesidenan (syu) yang terdiri dari bungsyu (subkaresidenan), gun, dan son. Kesepuluh syu tersebut adalah Aceh, Sumatra Timur, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Palembang, Lampung, dan Bangka Bilitan (Belitung). Jabatan syucokan dipegang oleh orang Jepang.

Sumber : Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI ( Program IPS ) / penulis, Wardaya ; editor, Sugiharti ; illustrator, Mulyanto .— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.